Thursday 26 January 2017

Menua

Love..
Is a scary thing, isn't it?
We fell, we broke, and fell again, then broke again
Doesn't it sounds scary?
Ouch..

Rasanya semakin menua kita, semakin kita menyadari bahwa cinta adalah hal kompleks. Para seniman menyederhanakannya melalui lagu, lewat puisi, dan penokohan yang cepat atau lambat kita akan tahu itu tidak akan pernah ada. Jatuh cinta, lalu pisah, lalu kembali jatuh lagi dan kemudian berpisah lagi
Semakin menua, kita akan sadar bahwa jatuh cinta tidak akan seindah saat kita remaja. Saat dengan bebas mata berbicara dan mulut tidak pernah sedikitpun untuk terlintas kalimat tanya, "Kamu mau ngasih aku makan apa? Cinta?"
Semakin menua kita, semakin kita akan merasa bahwa segala yang pernah kita lihat, dengar, dan rasakan tentang cinta adalah bualan-bualan yang dijadikan hidangan manis para seniman. Semakin menua kita, semakin kita akan melihat bahwa cinta adalah alasan untuk melukai, membunuh, dan menyakiti. Mungkin semakin tua kita, semakin kita akan memahami batas tipis cinta dan benci

Love..
Is a guilty pleasure we made
And after all
People are selfish and lonely

Kelak, suatu hari nanti. Untuk Yusril yang membaca surat ini
Cintailah pasanganmu, sesederhana kamu akan memutuskan dia menjadi pasangan yang akan menjadi teman di sisa hidupmu. Turunkan egomu, mengerti dan ingin dimengerti adalah paradox yang harus kamu pahami
Mengerti dan ingin dimengerti adalah rantai perdebatan yang takkan habis dalam satu malam pembahasan

Love is a scary thing
But you should be brave to face it
Sooner or later


Thank you for reading this, future Me. This a letter, for me to the future of my self

Saturday 21 January 2017

Sebelum Toko Buka

Halo, selamat datang buat siapapun anda yang baru pertama kali melihat dan membaca blog ini.
Selamat tahun baru 2017, tulisan ini ditulis di hari ke 19 bulan Januari jadi menurut saya belum terlalu terlambat untuk sekedar mengucapkan dan mendoakan semoga di tahun ini kita semua menjadi luar biasa dan bertemu lebih sering. Amiin :)

Penghujung 2016 lalu, film pertama yang saya ikut menjadi bagian di dalamnya "Cek Toko Sebelah" sudah dirilis dan sampai hari ini Alhamdulillah banyak respon positif dan memberikan saya pengalaman yang banyak. Untuk siapapun anda, dengan siapapun, dan dimanapun anda menonton film Cek Toko Sebelah saya dari hati yang paling dalam mengucapkan terima kasih yang saya sendiri tidak menemukan padanan kata yang melebihi rasa terima kasih atas apresiasi film ini. Sampai hari tulisan ini dimuat ada sekitar 2 juta lebih penonton yang sudah menyaksikan dan masih bertengger di bioskop seluruh Indonesia, sekali lagi saya mengucapkan terima kasih dan semoga bisa menjadikan hiburan keluarga. 
Dalam film Cek Toko Sebelah, saya berperan sebagai Naryo seorang karyawan toko gendut yang kemayu dan genit ke anak Koh Afuk (pemilik toko). Maaf kalau respon saya berlebihan tapi saya mudah tersanjung mendapatkan apresiasi, mention di social media, dan menyapa saya dengan sapaan "mas Naryo" kalau ketemu langsung. Bahkan ada yang sampai googling dan mencari tahu penampilan Stand Up Comedy saya yang tidak seberapa :)
Pertanyaan yang paling sering saya dapatkan adalah "Bang, itu abang aslinya kayak gitu (Naryo) ya?" atau "Mas, itu beneran gitu ya?", mendapatkan pertanyaan begitu saya malah sengaja untuk menjadikannya bias. Hehehe



Tapi yang mungkin tidak banyak yang tahu adalah, saya bahkan hampir gagal menjadi Naryo. Proses "casting" Naryo terjadi ketika selepas show Illucinati koh Ernest Prakasa tahun 2013, di sebuah warung sate klathak, saya disapa oleh pak Sigit Haryo (Oom Imot) dengan sapaan "Eh bencong, sini!" lalu berjalan lah saya dengan cara jalan yang kemayu. Dari sapaan iseng itulah, "ditemukan" bibit Naryo dalam diri saya.
Hari pertama reading (September 2016), saya kagok dan kaku membaca dialog Naryo dengan gestur yang berbeda karena menurut saya sulit untuk menjadi kemayu kalau tidak terjebak dalam satu situasi dimana memang saya harus melakukannya. Gestur yang kaku dan acting yang berantakan membuat saya semakin was-was karena kalaupun karakter Naryo ini hilang tidak akan mempengaruhi isi cerita Cek Toko Sebelah. Selain itu, saya bukan siapa-siapa dibanding cast yang lain yang mana hampir semua adalah komika kenamaan dan jebolan kompetisi jadi kalaupun saya dicancel tidak akan berpengaruh, kalau Naryo tidak ada di film dan melihat respon ke film Cek Toko Sebelah sebesar ini sih saya pasti akan sangat menyesal. :D

Sepulang dari Jakarta, koh Ernest menghubungi saya dan ditanya kenapa kemarin begitu lalu saya menjelaskan kendala yang saya alami. Satu pesan yang saya ingat dari koh Ernest adalah "Apapun yang ngebantu elo, go for it!". Saya berjanji ke Bene Dion untuk latihan dan lebih mendalami karakter, saya memanggil salah seorang teman yang tinggal di sekitar kampung kosan yang kebetulan dia memang pria kemayu dan menurut saya sangat "Naryo".
Saya memberikan naskah CTS ke teman saya itu yang sebut saja namanya Bella, saya perhatikan gesturnya setiap kali dia memperagakan adegan dalam naskah, sehari sebelum saya berangkat ke Jakarta untuk take saya meminta dia untuk mengirimkan voice note dialog CTS agar saya bisa sangat hafal intonasi dan cara Bella mengambil suara "perempuan". Dan jadilah Naryo yang seperti itu
Karena saya berpikir bahwa ini adalah sebuah kesempatan besar yang diberikan koh Ernest kepada saya untuk bisa belajar lebih dan mendapatkan pengalaman lebih, juga karena ini adalah film layar lebar pertama tentu berbekal pemikiran bahwa "Saya nggak boleh biasa aja di film pertama" jadilah saya dengan Naryo seperti itu. Menghibur atau tidak, semoga saja Naryo bisa menghibur anda dengan lirikan dan senyum manisnya :)



Terima kasih sekali lagi atas apresiasinya,
Dari saya yang bukan komika kenamaan dan jebolan kompetisi tv manapun, nggak punya followers banyak yang otomatis nggak terkenal. Tapi saya selalu ingat apa yang dikatakan pak Pandji Pragiwaksono tahun 2012 sehari setelah tur Merdeka Dalam Bercanda di Jogja bahwa kamu tidak akan pernah tahu kapan momen terbaikmu akan datang jadi jangan pernah sepelekan apapun itu, saya yang hanya menanggapi bercandaan pak Sigit dan berjalan gemulai yang kejadiannya pun tidak memakan waktu 3 menit membawa saya 3 tahun kemudian bermain di film yang sampai saya menulis ini sudah ditonton sebanyak 2 juta lebih penonton.