Saturday 27 May 2017

Menjadi Muslim Biasa Di Bulan Istimewa

Ramadhan tahun ini saya akan banyak menyempatkan waktu untuk menulis dan menangkap gambar di sore menjelang berbuka untuk mengisi kekosongan yang tidak seperti tahun sebelumnya. Tahun kemarin saya habiskan ramadhan dengan bekerja di sebuah provider termahal se-Indonesia, dan kegiatan siaran di salah satu radio anak muda Yogyakarta. Jadi, daripada tidak ada yang harus saya kerjakan lebih baik saya mengaktifkan kembali fungsi blog ini untuk mengemukakan pendapat dan dokumentasi diri untuk saya baca di masa depan. :)
Oiya, selamat menjalankan ibadah puasa semoga sampai hari terakhir ramadhan ibadahnya tetap konsisten dan diterima segala apa yang menjadi baik.

Di akun Instagram, saya mengunggah foto dengan caption "Marhaban Ya Ramadhan, saya rasa tidak ada salahnya menjadi muslim yang biasa saja di bulan istimewa. Bekerja, berpuasa, dan belajar tanpa embel-embel 'Dilipat gandakan pahala' atau 'Mumpung ini momennya'."

follow IG yusrilfahriza

Saya rasa semua setuju dan memang tidak dapat dielakkan bahwa lingkungan di sekitar kita semuanya berubah ketika memasuki bulan ramadhan. Bulan istimewa yang di dalamnya dijanjikan apa pun ibadah yang kita kerjakan akan dilipat gandakan dan bahwa terdapat satu malam di bulan ramadhan yang lebih mulia dari 1000 bulan, bulan istimewa dimana yang ada di tayangan televisi menjadi banyak "kain yang menutupi", bulan istimewa dimana dini hari tidak lagi menjadi sepi, dan nuansa perkampungan yang lebih "islami" karena berkumandang bacaan kitab suci lewat pengeras suara yang semoga saja tidak disalahgunakan oleh adik-adik yang haus eksistensi dengan saling berebut mic. Bulan ramadhan memang istimewa, karena tidak hanya mengubah suasana lingkungan di sekitar kita tapi juga mengubah sifat orang yang sedang menjalankannya. Hal-hal seperti saya tuliskan ini membuat saya memiliki cita-cita untuk pergi ke luar negeri di bulan ramadhan, saya penasaran seperti apa ramadhan di negara yang mayoritas penduduknya bukan muslim, atau pun mayoritas penduduknya muslim tapi apakah se-"istimewa" ini dalam menyambut bulan ramadhan. Karena ini menarik, apakah menyambut bulan ramadhan se-"istimewa" seperti ini hanya ada di Indonesia?
Karena menurut saya, nikmat sekali puasa orang Indonesia ini dengan berbagai keuntungan yang dimiliki seperti tidak banyak warung buka di siang hari, suasana yang mendukung untuk tidak dikatakan "dasar sok alim!" ketika setiap 5 waktu sholat jamaah di masjid, jam kerja yang dipotong dengan alasan puasa, dan beberapa keuntungan lain yang kalau dibandingkan dengan muslim di nagara lain yang tidak se-"istimewa" ini dalam menyambut ramadhan akan menimbulkan iri hati ketika di akhirat nanti kalau ternyata hitungan pahalanya sama. 

Dan menurut saya, menjadi muslim biasa saja di bulan istimewa memang tidak ada salahnya. Beribadah seperti layaknya seorang muslim beribadah di bulan selain ramadhan, karena yang terjadi justru banyak yang terkesan bahwa beribadah hanya di bulan ramadhan saja di bulan lain bebas melakukan apa saja kan ibadahnya sudah dilipat gandakan. Golongan orang-orang yang menganggap bahwa pahala dan dosa hanya soal hitungan matematika, menurut saya tidak sedangkal itu seorang muslim harusnya beribadah. Jadilah seorang muslim biasa di bulan istimewa yang kalau beribadah ya beribadah saja, bukan karena "mumpung ini momennya"dan menganggap bahwa ibadah di bulan selain ramadhan tidak ada istimewanya.
Ini hanya murni pendapat saya, jangan 100% percaya dan dianut. Karena tentu kalau anda bertanya, "dalilnya mana?" saya pun agak sedikit grogi :)

Selamat menjadi muslim biasa saja, teman-teman