Saturday 13 February 2016

Festival Melupakan Mantan, Mari Berdamai Dengan Kenyataan

Jogja memang tak berhenti membuat sebuah ledakan sensasi dengan ide kreatifnya, kali ini acara yang tepat diadakan di malam sebelum tanggal 14 Februari dimana banyak minimarket dan segala pernak-perniknya berubah menjadi pink dengan lambang hati adalah Festival Melupakan Mantan. Sebuah festival untuk berkumpulnya orang dimana ia bisa meluapkan segala kekesalannya terhadap seseorang yang pernah singgah sebentar.
Terlibat dalam acara ini sungguh adalah kesempatan yang berharga dimana ini adalah acara yang inovatif dan kreatif, membalut luka patah hati dengan sebuah festival adalah ide yang harus kita acungi jempol. Terus terang, saya sangat bangga menjadi bagian dalam festival ini karena bagi saya luka hati bukan sesuatu yang pantas kita ratapi tetapi bagaimana mengubah persepsi ini menjadi sesuatu yang pantas kita tertawai.

MC-ing Festival Melupakan Mantan with Gigih, Diwa, Simbah, & Tyas (pic via @JogjaDirectory)

Lalu apa isi acaranya?
HTM-nya adalah donasi barang peninggalan mantan, kita akan menulis testimoni dan kenangan terakhir kita kepada mantan dan di akhir acara akan dibakar sebagai bentuk menghanguskan kenangan.
Pada sesi terakhir acara, mas Sabrang Panuluh atau lebih dikenal dengan Noe "Letto" memberikan sebuah motivasi kepada semua penonton yang sudah hadir dan memenuhi Pendopo Taman Siswa malam itu. Satu hal yang saya ingat adalah, memang semakin kita melupakan semakin kita akan mengingat seseorang itu. Memang perkara melupakan adalah perkara yang tidak pernah semudah lisan menyelesaikan kalimat, "Wes toh sing wes yo wes.."
Perkara melupakan adalah perkara yang kompleks, tentu tidaklah mudah, saya sangat setuju dan mengakui hal itu. Tetapi yang disampaikan mas Noe di festival tadi adalah,

"Kita tidak perlu melupakan, berilah satu ruang dalam ingatan untuk kenangan. Masalah patah hati hanya satu lingkup kecil dalam skala besar kehidupanmu, tinggal kamu memutuskan mana yang lebih penting antara hidupmu atau patah hatimu?"

Saya cukup disadarkan oleh hal itu, patut menjadi sebuah renungan untuk saya dan mungkin untuk anda. Bahwa memang kadang kita memberi porsi yang terlalu besar untuk skala kecil dalam hidup kita yang besar.
Namun, sekali lagi ini hanya sebuah ucapan dari seorang manusia yang bisa saja salah bisa saja benar. Saya tahu sulitnya melupakan, saya tahu sulitnya mengalahkan rasa pengen "garuk-garuk luka". Makanya, kalau bisa melupakan ya dilupakan kalau tidak bisa jangan dipaksakan tapi ingat bahwa ada banyak perjalanan dalam hidup yang harus kamu selesaikan.

Live your destiny

No comments:

Post a Comment