Friday 4 March 2016

(K)etika

Sosial media adalah saat yang baik untuk mempertunjukkan segala sesuatu kepada khalayak lain sesama pengguna, baik itu facebook, twitter, path, youtube, dan lain sebagainya. Era ini juga bisa dikatakan sebagai era mendokumentasikan diri sendiri, era untuk membuat diri sendiri menjadi seolah terlihat sebagai "selebritis" yang semua orang harus tau semua kegiatan kita, nah seperti layaknya hal lain sosial media juga bersifat seperti koin yang memiliki 2 sisi ada negatif dan positif. Negatif menurut siapa dan positif menurut siapa tidak perlu kita perdebatkan, karena cuma akan menuju sebuah konklusi berupa "Kembali ke pribadi masing-masing aja lah.."

social media logos
(pic via google.com)
Beberapa hari terakhir saya lebih suka mengomentari sebuah peristiwa lalu mengunggahnya di blog, menurut saya lebih efektif itu saja. Dan yang sedang marak saat ini adalah sebuah unggahan foto sepasang kekasih yang terlihat sedang mesra dibalik selimut, yang menjadi masalah adalah usia mereka yang masih terlalu muda untuk beradegan dan mengunggahnya di akun pribadi. Tidak ada yang salah dengan mengunggah foto apapun dan dalam pose apapun, pun tidak ada regulasi batasan usia untuk mengunggah sebuah foto dengan pose tertentu, karena yang bisa dan harusnya membatasi adalah individu masing-masing untuk memiliki kesadaran apakah ini layak diunggah atau ini hanya harusnya menjadi konsumsi pribadi.
Mari kita melihat kasus ini sebagai satu sisi negatif, bahwa anak ini harusnya tidak mengunggah foto dan terlebih lagi beradegan seperti itu. Tetapi jika kita melihat dari sisi lain, situs portal berita dan beberapa akun ingin membuat foto ini menjadi sesuatu yang viral yang bisa diperlihatkan ke semua orang dengan caption yang "klik-able". Bukan saya lantas melawan bahwa ini adalah masalah moral yang harus dijadikan contoh agar si anak yang mengunggah foto ini menjadi jera, tetapi ini adalah masalah etika dalam jurnalistik (atau Jurnalisme, koreksi saya jika salah memahami).

Lho, kenapa begitu?
Bagini lho, admin portal berita yang cerdas. Dengan anda membuat viral foto anak ini yang TANPA SENSOR baik wajah maupun nama akun, si anak ini pasti akan memiliki masa depan yang suram. Oke jika anda beranggapan bahwa ini adalah sebuah konsekuensi sosial di sosial media, bahwa ini harus menjadi satu pelajaran buat anak seusianya untuk tidak sembarangan mengunggah foto yang tidak layak untuk diperlihatkan kepada publik.
Saya sempat memiliki anggapan bahwa yang dilakukan portal berita ini apakah bisa dikategorikan sebagai bullying, ini didasari atas minimnya referensi saya terhadap apa saja hal yang layak dikategorikan sebagai bullying mohon diberi pencerahan. Bahwa kita sepakat anak ini salah, mungkin semua orang akan setuju, tapi kita harus melihat bahwa anak ini masih memiliki kehidupan yang panjang dan ia harus melanjutkan jenjang pendidikan.
Yang saya garis bawahi adalah portal berita yang tidak mengedepankan etika dengan tidak melakukan sensor di wajah dan akun anak ini, menjadi satu perhatian khusus tentunya jika pembuat berita paham betul apa efek yang akan ditimbulkan sebelum membuat berita tersebut.

Era informasi serba cepat dengan berbagai sudut pandang di satu sisi kadang bisa membuat kita tersesat dan masuk dalam bermacam pemahaman, tapi bukankah di sisi lain menjadi semacam "trigger" untuk kita sebagai manusia yang hidup di era ini dituntut untuk lebih cerdas dalam mengumpulkan informasi lalu menyimpulkannya menjadi sebuah perspektif yang benar (paling tidak menurut kita masing-masing). Ingat, THERE IS NO WRONG TO DO THE RIGHT THING

live your destiny

No comments:

Post a Comment