Friday 18 March 2016

Kembalikan, Kembalilah

Tenang sebentar mengendapkan, uraikan simpul kacaunya
Diam sebentar membedakan, yang teringinkan dan dibutuhkan
Hidup itu sekali, dan mati itu pasti
Bisa jadi nanti atau setelah ini
Coba tulis ulang lagi, yang sejatinya kau cari

Yang paling susah dalam berkarya adalah menjaga mood dan konsistensi, semua pelaku karya akan mengamini hal itu. Memang tidak mudah, melakukan apa yang terus menerus meskipun kita sendiri menyukai hal yang kita lakukan tersebut, tapi layaknya dalam berhubungan dengan makhluk hidup berkarya pun memiliki fase kebosanan.
Fase kebosanan atau fase stuck atau titik jenuh pasti akan dirasakan, mau tidak mau, suka tidak suka, setiap pelaku karya akan mengalaminya. Lantas apa yang menjadikan seorang pelaku karya berhasil membuat sebuah karya besar kalau semua akan mengalami fase bosan? menurut saya, itulah yang membedakan mental seorang pelaku karya besar. Ia mampu untuk menantang dirinya sendiri melawan rasa bosan itu, seperti penggalan lirik lagu Michael Jackson di Man in the Mirror yang berbunyi
If you wanna make the world a better place
Take a look at yourself then make a change
Musuh dalam berkarya, seringkali adalah diri kita sendiri. Bukan hanya dalam berkarya saya rasa, tapi semua aspek dalam hidup musuhnya adalah seseorang yang berdiri tepat di depan kita ketika bercermin.

Lalu apakah dengan menulis ini lantas membuat orang berpikir bahwa saya orang yang sudah berhasil melewati fase itu, tidak sama sekali. Saya malah justru masih bimbang, apa yang tidak seberapa saya lakukan ini apakah sudah saatnya memasuki fase bosan? mungkin sudah juga mungkin belum. Karena pasti fase itu tidak datang sekali-dua kali, mungkin itulah yang menjadikan sebuah proses harus sangat berharga bagi kita karena begitulah cara Dia "menempa" kita untuk semakin tajam dan semakin tajam.
Entah di tahun berapa saya pernah menulis bahwa hidup bukanlah sebuah ajang lomba lari kencang dimana yang cepat akan menang dan yang lambat akan kalah, hidup tidak se-pragmatis itu saya rasa. Yang ingin saya sampaikan adalah bahwa dalam hidup kita diharuskan untuk berhenti, melakukan evaluasi, dan melihat ke belakang untuk semua yang kita lalui. Bahwa dalam prosesnya, semua harus melihat seberapa jauh jarak dalam hidup yang sudah ia tempuh? untuk kembali berpikir bahwa apakah di titik ini, kita dalam "track" yang kita rencanakan atau sudah jauh melenceng ke sebuah jalan yang kita sendiri tidak tahu mana ujungnya.

(gambar diperoleh dari Google.com)
Nah, memurnikan lagi tujuan awal kita melakukan karya inilah yang menjadi menurut saya penting. Kembali lihat apa yang sejatinya kita mulai dan apa yang sudah kita capai, apakah masih dalam satu track yang sama atau sudah banyak yang berubah. Tidak ada pengecualian dalam alasan, kalaupun alasannya adalah mendapat uang dari berkarya, ya menurut saya itu sah saja karena ayolah ini masa dimana semua orang merasa bahwa tanpa uang apa yang membuat spesies manusia bisa bertahan?
kalau alasannya adalah berekspresi dan menyuarakan sesuatu seperti prinsip "Voice the Voiceless" maka apa yang lebih agung dari apa yang didapat seorang pelaku karya selain apresiasi dan sambutan hangat penikmat karya kita? Kalau bisa memadukan dan menjembatani agar keduanya harmonis, itu sangatlah indah.

Tenang sebentar mengendapkan, uraikan simpul kacaunya.
Diam sebentar membedakan, yang teringinkan dan dibutuhkan.
(Menantang Rasi Bintang oleh FSTVLST, 2012)



nb: Tulisan ini bersifat relatif, bisa benar bisa salah karena saya sadar kita tidak pernah dibesarkan dalam lingkungan dalam pola pikir yang sama. thanks

No comments:

Post a Comment